LAPORAN KKL KELOMPOK 21 NON FLORISTIK



NON FLORISTIK




LAPORAN KKL
DISUSUN  UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekologi
yang dibimbing oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si dan Dr.Vivi Novianti, S.Si, M.Si




   Disusun oleh:
            Pendidikan Biologi/Offering A/Kelompok 21
              Dessi Endriyani                          (150341604773)
              Inovira Riesnawati                     (150341601514)
              Koko Murdianto                        (150341605345) 
              Maya Agustin                            (150341607439)
              Moch. Fahrur Rozi                     (150341601364)
              Ridadyah Wilujeng                    (150341600127)
              Yulista Trias Rohayati               (150341605343)




 












UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
aPRIL  2017
 
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu bentuk ekosistem yang kompleks dan bervariasi, dimana didalamnya hidup beranekaragam flora, fauna dan mikroorganisme. Hutan merupakan suatu lapisan bertumbuhnya pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta lingkungannya. Hutan mempunyai fungsi ekologi di antaranya sebagai sumber plasma nutfah, pengikat karbondioksida dari udara, sebagai penjaga sttabilitas kualitas air, pemelihara alami dari aliran sungai, dan melindungi tanah dari erosi (Soerianegara, 1978).
Menurut Syafei (1990), kajian komunitas tumbuhan atau vegetasi merupakan bagian kajian ekologi Tumbuhan. Secara garis besar metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan dalam dua hal yaitu metode destruktif dan metode non-destruktif. Untuk metode destruktif, dilakukan guna memahami materi organik yang dihasilkan, sedangkan untuk metode non-destruktif dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan floristik dan non-floristik. Dalam mengkaji suatu vegetasi dapat dilakukan dengan mengamati penampakan luar atau gambaran umum dari keberadaan vegetasi tersebut tanpa memperhatikan jenis-jenis tumbuhan yang menyusun vegetasi. Kegiatan yang demikian ini biasa dikenal sebagai kajian fisiognomi vegetasi non-floristik (Rasosoedarmo, 1986).
Dalam metode analisis vegetasi non-floristik setiap karakteristik tumbuhan terbagi menjadi sifat-sifat yang lebih rinci yang dinyatakan melalui simbol, gambar dan huruf (Syafei, 1990). Karakteristik dan formasi vegetasi akan berbeda jika berada pada habitat yang berbeda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan mikroklimat yang berlaku di suatu habitat tertentu. Oleh karena itu pengukuran faktor lingkungan penting juga dilakukan untuk mengkaji suatu vegetasi yang hidup di habitat tertentu. Kekhususan bentang alam sangat mempengaruhi tipe-tipe vegetasi di atasnya seperti adanya hutan hujan tropika, savana, praire, kaktus di padang pasir, dan sebagainya (Syafei, 1990). Karakteristik bentang alam juga mempengaruhi bentuk hidup yang berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang yang telah dipaparkan, disusun rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah pola vegetasi tanaman di Taman Nasional Alas Purwo ?
2.      Bagaimanakah pengaruh faktor abiotik di Taman Nasional Alas Purwo terhadap pola vegetasi tanaman ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka disusun tujuan penelitian sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui pola vegetasi tanaman di Taman Nasional Alas Purwo
2.      Untuk mengetahui pengaruh faktor abiotik terhadap pola vegetasi tanaman di Taman Nasional Alas Purwo
1.4  Ruang Lingkup Penelitian
1.      Penelitian ini mendeskripsikan keadaan bentuk hidup (life form), profil tegakan dan gambar stratifikasi vegetasi yang terdapat di hutan Taman Nasional Alas Purwo
2.      Stratifikasi vegetasi dibatasi pada life from, stratifikasi, fungsi daun, bentuk dan ukuran daun, serta tekstur daun.
3.      Penelitian ini mendeskripsikan faktor lingkungan (suhu udara, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, kelembaban udara, suhu tanah, pH tanah dan kelembaban tanah) pada Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
4.      Tumbuhan yang diamati merupakan tumbuhan yang ada di kuadran III di setiap plot pada transek 25  
1.5   Definisi Istilah
1.      Transek adalah jalur melintang lahan yang akan dipelajari/ diselidiki yang
tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan
perubahan lingkungan, atau untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan (Syafei,1990).
2.      Vegetasi adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama-sama pada suatu tempat, biasanya terdiri dari beberapa jenis berbeda (Gem,1996).
3.      Non Floristik adalah merupakan metode yang menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).
4.      Life form adalah bentuk hidup suatu tanaman, dibagi menjadi herba, perdu, bryoid, pohon tinggi berkayu (Syafei,1990).
5.      Herba adalah tumbuhan tidak berkayu (Syafei,1990).
6.      Bryoid (tumbuhan berbentuk batang termasuk lumut daun, lumut hati, lumut kerak, dan jamur) (Syafei,1990).
7.      Perdu adalah tumbuhan berkayu yang pendek (Syafei,1990).


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1              Metode Non-floristik
Metode non-floristik merupakan metode yang menggambarkan penyebaran vegetasi berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).
a)                  Bentuk Hidup
W

Pohon tinggi berkayu (Tinggi lebih dari 3 m, keliling lebih dari 30 cm)
L
Tumbuhan memanjat pada pohon
E
Epifit
H
Herba (tumbuhan tidak berkayu)
M
Bryoid (tumbuhan berbentuk batang termasuk lumut daun, lumut hati, lumut kerak, dan jamur)
S

Perdu (tumbuhan berkayu pendek)

b)                 Stratifikasi
1.                  Lebih dari 25 meter
2.                  10-25 meter
3.                  8-10 meter
4.                  2-4 meter
5.                  0,5-2 meter
6.                  0,1-0,5 meter
7.                  0,0- 0,1 meter
c)                  Cover
B
Sangat jarang
P
Berkelompok
I
Diskontinu (< 60 %)
C
Kontinue (> 60 %)

d)                 Fungsi daun
D

Luruh atau desidous
S

Tak berdaun
E
Selalu hijau (evergreen)
I

Selalu hijau daun (sekulenta)

e)                  Bentuk dan ukuran daun
O


Tak berdaun
N

Seperti jarum atau duri
G


Graminoid, rumput
A

Medium atau kecil (2:5)
H

Lebar dan besar
V

Majemuk
Q
Bertalus


f)                   Tekstur daun
O


Tak berdaun
F

Sangat tipis, seperti film
E

Seperti membran
X

Sclerophyllous
K

Sukulenta




2.2              Alas Purwo
Taman Nasional Alas Purwo yang ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 283/Kpts-11/1992 pada tanggal 26 Februari 1992 memiliki kawasan seluas 43.320 ha. Kawasan yang dikenal sebagai semenanjung Blambangan ini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Jawa. Berdasarkan tipe ekosistemnya hutan di TN Alas Purwo dapat dikelompokan menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau, hutan tanaman, hutan alam, dan padang penggembalaan (Hidayat, 2010).
Berdasarkan administratif pemerintahan TN Alas Purwo terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis kawasan ini terletak di ujung timur pulau Jawa wilayah pantai selatan antara 8° 26' 45" - 8° 47' 00" LS dan 114° 20' 16" - 114° 36' 00" BT. Selain potensi wisata alam dan sejarah, kawasan ini kaya akan flora dan fauna. Tercatat sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana dan pohon menghuni kawasan ini (Hidayat, 2010).
2.3              Faktor Abiotik
1) Suhu
. Kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap kehidupan baik hewan dan tumbuhan, karena berbagai jenis spesies memiliki persyaratan suhu lingkungan hidup ideal atau optimal, serta tingkat toleransi yang berbeda-beda di antara satu dan lainnya. Dalam dunia tumbuhan, kondisi suhu udara adalah salah satu faktor pengontrol persebaran vegetasi sesuai dengan posisi lintang, ketinggian tempat, dan kondisi topografinya. Oleh karena itu, sistem penamaan habitat flora seringkali sama dengan kondisi iklimnya, seperti vegetasi hutan tropis, vegetasi lintang sedang, vegetasi gurun, dan vegetasi pegunungan tinggi (Wood, 1989).
2) Kelembapan Udara
Selain suhu, faktor lain yang berpengaruh terhadap persebaran makhluk hidup di muka bumi adalah kelembapan. Kelembapan udara yaitu banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara. Tingkat kelembapan udara berpengaruh langsung terhadap pola persebaran tumbuhan di muka bumi. Beberapa jenis tumbuhan sangat cocok hidup di wilayah yang kering, sebaliknya terdapat jenis tumbuhan yang hanya dapat bertahan hidup di atas lahan dengan kadar air yang tinggi (Wood, 1989)..
3) Angin
Di dalam siklus hidrologi, angin berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat memindahkan uap air atau awan dari suatu tempat ke tempat lain. Gejala alam ini menguntungkan bagi kehidupan makhluk di bumi, karena terjadi distribusi uap air di atmosfer ke berbagai wilayah. Akibatnya, secara alamiah kebutuhan organisme akan air dapat terpenuhi. Gerakan angin juga membantu memindahkan benih dan membantu proses penyerbukan beberapa jenis tanaman tertentu(Wood,1989).
4) Curah Hujan
Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tanpa sumber daya air, tidak mungkin akan terdapat bentuk-bentuk kehidupan di muka bumi. Bagi makhluk hidup yangmenempati biocycle daratan, sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan hidup berasal dari curah hujan. Melalui curah hujan, proses pendistribusian air di muka bumi akan berlangsung secara berkelanjutan (Wood, 1989).
5) Suhu tanah
Suhu dalam tanah di samping mempengaruhi proses fisis dan khemis yang terjadi di dalam tanah juga mempengaruhi kecepatan absorbsi air dan zat-zat yang terlarut, perkecambahan biji dan kecepatan pertumbuhan bagian-bagian tanaman yang ada di dalam tanah. Proses metabolisme tanaman dan penyerapan air oleh akar yang maksimum umumnya terjadi antara 20-30°C. Suhu rendah di bawah 200 C menyebabkan pengurangan absorbsi air yang cukup besar. Tanah-tanah yang dingin tidak kondusif untuk pertumbuhan yang cepat pada sebagian besar tanaman (Wood, 1989).




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1                    Waktu dan Tempat Penelitian
3.1.1 Waktu Penelitian
Observasi melalui kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mata kuliah Ekologi dilaksanakan pada tanggal 24-27 Maret 2017.
3.1.2 Tempat Penelitian
Observasi melalui kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mata kuliah Ekologi dilaksanakan di Hutan Pantai Triangulasi Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur. 
3.2                    Alat dan Bahan
3.2.2 Alat
     Alat yang digunakan meliputi kamera, kompas bidik, soil thermometer, roll meter, alat tulis,  lux meter, pH meter, anemometer, hygrometer, dan soil analyzer.
3.2.3 Bahan
     Bahan yang digunakan meliputi kantong plastik, kertas label, tali raffia dan transek ukuran 10 x 10 m,
3.3                    Teknik Pengumpulan Data
     Pengumpulan data dilakukan dengan observasi pada stasiun 21 yang dibagi menjadi 4 plot. Vegetasi tumbuhan yang dihitung merupakan tumbuhan yang ada pada pada plot nomer 3. Adapun Langkah-lang dalam pengambilan data adalah sebagai berikut.













Diukur faktor biotik dan dicatat pada tabel pengamatan

 
 


















3.4               Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh  adalah metode non-floristik yang didasarkan pada bentuk hidup dan pola vegetasi yang ada di lapangan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif.    
3.5                  
10 m
 
 Sketsa Penelitian


 


Oval: P
10 m
 
  


 
3
 
4
 
    



Plot untuk Analisis Vegetasi Non Flor
 
 












BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA
4.1 Data
Plot ke-
No
Namaspesies
Rumus
Jumlah
1
1.
2.
3.
4.
5.
Cycas rumphii
Paspalum sp.
Barringtonia asiatica
Barringtonia asiatica
Vitris sp.
H5PIAX
H5BIGE
S5IIHX
S4BIHX
E7BEAK
15
2
9
1
3
2
1.
2.
3.
4.
Barringtonia asiatica
Paspalum sp.
Vitris sp.
Piper retrafactum
S4IIHX
H4BEGX
E7BEAK
E7PEAX
11
2
4
74
3
1.
2.
3.
Oplismenus compositus
Daemonorops sp.
Piper retrafactum
E7PIGE
S5PIHX
E7PEAX
87
1
115
4
1.
2.
3.
Piper retrafactum
Ardisa crispa
Rauvolfia sumatrana
E7PEAX
H6BEAK
S4BEAX
115
2
3
5
1.
2.
3.
Rauvolfia sumatrana
Rauvolfia sumatrana
Diospyros javanica
S4BEAX
S5BEAX
S3BIHX
5
2
1
6
1.
2.
Barringtonia racemosa
Syzygium littoreus
S4BIHX
S4BIHE
3
1
7
1.
Diospyros javanica
S3BIHX
5
8
1.
2.
3.
4.
Polyalthia sp.
Polyalthia sp.
Diospyros javanica
Barringtonia racemosa
S5BIAX
S6BIAX
S3BIHX
S4BIHX
2
7
6
1
9
1.
2.
Polyalthia sp.
Drypetes cerrata
S5BIAX
S5BIAK
4
3
10
1.
Pterospermum  javanicum
S5BIAX
10
11
1.
2.
3.
Drypetes cerrata
Capparis sp.
Polyantia sp.
S5BIAK
S6IIAX
S6BIAX
5
9
11
12
1.
2.
3.
Barringtonia racemosa
Daemonorops sp.
Sphagnum sp.
S5BIHX
S5PIHX
M7PSHX
12
15
17
13
1.
2.
Daemonorops sp.
Barringtonia racemosa
S5PIHX
S6BIHX
8
9
14
1.
2.
Diospyros javanica
Drypetes negleta
S4BIHX
S4BIAK
14
11
15
1.
2.
3.
4.
Pterospermum  javanicum
Tetracera scandens
Cyperus sp.
Ardisia crispa
S5BIAX
S5BIHX
H7BIGX
S4BIAK
7
8
15
21
16
1.
2.
3.
4.
Uraria sp.
Polyalthia sp.
Cyperus sp.
Pterospermum  javanicum
H4BIAK
S5BIAX
H6BIGX
S5BIAX
1
10
13
7
17
1.
2.
3.
4.
Phaleria octandra
Fabaceae
Canarium hirsutum
Tetrastigma sp.
S5BIHX
S4BIAX
S5BIHX
E6PIAX
9
7
10
11
18
1.
2.
Capparis sp.
Borreria sp.
S6IIAX
H6PIAE
8
11
19
1.
2.
Mischocarpus sp.
Calophyllum phylum
S4BIHX
S4BIHX
9
12
20
1.
2.
Buchanania arborescens
Capparis sp.
S5BIHX
S6IIAX
17
16
21
1.
2.
3.
Borreria sp.
Mitrephora polypyrena
Buchanania arborescens
H7PIAE
S5BIHX
S4BIHX
21
7
10
22
1.
2.
Prunus sp.
Polyanthia sp.
S5BIAX
S5BIAX
3
5
23
1.
2.
3.
4.
Gmelina sp.
Corypha utan
Mischocarpus sp.
Buchanania arborescens
W2BIHX
S5BIHX
S4BIHX
S4BIHX
1
4
5
6
24
1.
2.
3.
Mischocarpus sp.
Buchanania arborescens
Corypha utan
S4BIHX
S5BIHX
S4BIHX
4
8
7
25
1.
2.
3.
4.
Piper retrafactum
Buchanania arborescens
Mischocarpus sp.
Drypetes cerrata
E7PEAX
S5BIHX
S4BIHX
S5BIAK
3
7
2
1

Faktor Abiotik
Suhu udara rata-rata plot 1-25 (oC)
32oC
Kelembapan udara rata-rata plot 1-25 (%)
73 %
Suhu tanah rata-rata plot 1-25 (oC)
30oC

BAB V
PEMBAHASAN
Tumbuhan di Alas Purwo cukup beragam, terlihat dari 25 plot yang dilakukan analisis vegetasi, ditemukan tumbuhan dengan life form lumut, herba, epifit,  perdu dan pohon. TN Alas Purwo memiliki wilayah yang sangat besar dan luas yaitu sekitar 430,420 Ha merupakan tempat yang sangat subur dengan curah hujan 1000-1500 mm pertahun dan temperatur udara berkisar antara 220-310C dan kelembapan udara berkisar antara 40-85 % (Polunin, 1994).
 Tumbuhan herba yang ditemukan antara lain Cycas rumphii, Paspalum sp., Ardisa crispa, Cyperus sp., Uraria sp., dan  Borreria sp. Tumbuhan Epifit yang ditemukan yaitu Piper retrafactum, Oplismenus composites, Vitris sp. Tumbuhan Perdu yang ditemukan yaitu Barringtonia asiatica, Daemonorops sp., Rauvolfia sumatrana, Diospyros javanica, Barringtonia racemosa, Syzygium littoreus, Polyalthia sp., Drypetes cerrata, Capparis sp., Polyantia sp., Pterospermum  javanicum, Drypetes negleta, Tetracera scandens, Phaleria octandra, Fabaceae, Canarium hirsutum, Mitrephora polypyrena, Buchanania arborescens, Corypha utan,dan  Mischocarpus sp. 1 jenis lumut yaitu Sphagnum sp. dan 1 jenis pohon yaitu Gmelina sp. Dari beberapa jenis tumbuhan yang ditemukan, jenis epifitlah yang mendominasi komunitas yakni dari spesies Piper retrafactum dengan jumlah sebesar 230 buah. Secara keseluruhan tumbuhan perdu memiliki penutupan yang paling banyak diantara life form lainnya. Tumbuhan perdu memiliki tinggi 0,5-2 meter, daunnya selalu hijau, berbentuk lebar dan besar dan bertekstur berdaging dan ada yang berbentuk  medium atau kecil. Tumbuhan ini memiliki pengcoveran discontinue dan sangat jarang. Tumbuhan perdu tersebar di berbagai plot, baik yang masih dekat dengan garis pantai maupun pada plot-plot yang lebih masuk ke dalam hutan (Wijayanti,2011).  Denngan rata-rata suhu udara 32oC, kelembapan udara 73 % dan suhu tanah sebesar 30 oC, sangat mendukung pertmbuhan Piper retrafactum karena tumbuhan ini hidup pada lahan dengan ketinggian 0-600 mdpl dengan curah hujan rata-rata 1259-2500 mm per tahun dengan tanah lempung berpasir (Indriyanto 2006).
































BAB VI
PENUTUP
6.1     Kesimpulan
(1)        Pola vegetasi tanaman di Taman Nasional Alas Purwo menunjukkan pola yang beragam yakni ditemukannya beberapa jenis tumbuhan yang meliputi Tumbuhan herba yang ditemukan antara lain Cycas rumphii, Paspalum sp., Ardisa crispa, Cyperus sp., Uraria sp., dan  Borreria sp. Tumbuhan Epifit yang ditemukan yaitu Piper retrafactum, Oplismenus composites, Vitris sp. Tumbuhan Perdu yang ditemukan yaitu Barringtonia asiatica, Daemonorops sp., Rauvolfia sumatrana, Diospyros javanica, Barringtonia racemosa, Syzygium littoreus, Polyalthia sp., Drypetes cerrata, Capparis sp., Polyantia sp., Pterospermum  javanicum, Drypetes negleta, Tetracera scandens, Phaleria octandra, Fabaceae, Canarium hirsutum, Mitrephora polypyrena, Buchanania arborescens, Corypha utan,dan  Mischocarpus sp. 1 jenis lumut yaitu Sphagnum sp. dan 1 jenis pohon yaitu Gmelina sp.
(2) Faktor abiotik yang mempengaruhi pola vegetasi tumbuhan ini meliputi suhu, kelembapan udara dan suhu tanah yang membuat pertumbuhan Piper retrafactum mendominasi
6.2     Saran
Penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan lebih hati-hati mengingat kondisi stasiun 21 di TN Alas Purwo banyak tumbuhan berduri, hewan yang berbahaya, dan melewati rawa-rawa. Selain itu, pengambilan data sebaiknya dilakukan lebih cepat agar bisa segera selesai dan dapat langsung melakukan identifikasi tumbuhan hasil pengamatan. Diharapkan juga, pada penelitian selanjutnya agar dapat menggunakan parameter abiotik yang lebih banyak.




DAFTAR RUJUKAN
Gem, C. 1996. Kamus Saku Biologi. Jakarta : Erlangga.
Hidayat, Syamsul. 2010. Struktur, Komposisi dan Status Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Biologi XII (1):9 13.
Indriyanto. 2006.  Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Polunin, Nicholas. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun. Penerjemah Prof. Ir. Gembong Tjitrosoepomo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rasosoedarmo, R. Soedarman. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung : CV Remaja Karya.
Soerianegara, idan Irawan, A. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Departemen Manajemen Kehutanan, Fakultas Kehutanan IPB.
Syafei, E. Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
Wijayanti, Rosianna. 2011.Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) Pada Ketinggian Tempat Yang Berbeda-beda Di Sekitar Jalur Selatan Pendakian Gunung Merapi. Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wood, M. 1989. Soil Biology. New York :Chapman and Hall.








Komentar

  1. Saran saya, gambar diupload secara manual saja kak
    karena kalau copy paste dari word gambarnya tidak akan muncul di blog

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM EKOLOGI

LAPORAN KKL KELOMPOK 21 LIGHT TRAP